RENUNGAN HARIAN (SENIN, 29 AGUSTUS 2022)

RENUNGAN HARIAN

SENIN, 29 AGUSTUS 2022

PEKAN BIASA XXII 

Pw. Wafatnya St. Yohanes Pembaptis (Merah)

BACAAN I: Yer. 1:17-19

MAZMUR: 71:1-2.3-4a.5-6ab;

BACAAN INJIL: Matius 6:17-29

RENUNGAN HARIAN:

BERSAUDARA DENGAN BENAR

Tidak selalu mudah mengatakan kebenaran terhadap sesama. Sebab, banyak orang lebih menyukai kata-kata pujian yang membuai kendati itu penuh kepalsuan daripada sebuah kejujuran yang tulus. Akibatnya, orang hidup dalam kesadaran palsu yang mudah terluka jika sebuah kesalahan diperbaiki. Kenyamanan pada hal-hal yang salah namun memikat membuat orang rela melawan bisikan Roh Kudus melalui suara hati. Orang rela menyingkirkan sesama demi menjaga gengsinya. 

Hari ini, Injil memberikan contoh yang jelas bagaimana memperbaiki hal yang salah dinilai sebagai sebuah ancaman. Teguran Yohanes terhadap kesalahan Herodes dan Herodias ditanggapi secara berbeda oleh keduanya. Mereka melihat teguran Yohanes sebagai ancaman bagi kenyamanan hubungan mereka. Ini menjadi alasan Herodias menaruh dendam kepada Yohanes. Dendam ini akhirnya mendapat momentum untuk diluapkan. Sebuah tarian menjadi sarana mematikan yang membuat suara kenabiannya dibungkam selamanya. Yohanes "didiamkan" demi memapankan kesalahan yang dipraktikkan.  Namun, apakah dengan demikian kebenaran itu berakhir bersama dengan "suara" orang yang menyuarakannya? Sekali-kali tidak. Sebab kebenaran pada dasarnya tidak pernah dapat dimanipulasi. la akan tetap hadir apa adanya dan menjadi hakim bagi semua orang yang mencoba mengenyahkannya. 

Siapkah kita untuk menjadi saudara dalam kebenaran? Beranikah kita untuk mengkritisi dan mengoreksi ketidakbenaran yang sesama lakukan. Dibutuhkan semangat kemartiran untuk selalu siap sedia mengatakan yang sebenarnya. Mungkin ada perasaan yang harus dikurbankan demi mengatakan kebenaran. Namun ingatlah selalu bahwa Allah Sang Kebenaran sejati akan mempermuliakan semua yang hidup dan tinggal di dalam Dia. Membungkam suara kebenaran dan berupaya memanipulasi kebenaran akan selalu menjadi cerita yang mempermalukan semua yang melakukannya. Mari, bersaudara dengan benar! (Rm. Vinsensius Ndua Woa, O.Carm.) 

Share this post