RENUNGAN HARIAN KATOLIK (SENIN, 18 JULI 2022)
RENUNGAN HARIAN KATOLIK
SENIN, 18 JULI 2022
PEKAN BIASA XVI (HIJAU)
St. Federik dari Utrecht
BACAAN I: Mi. 6:1-4.6-8
MAZMUR: 505-6.8-9.16bc.17.21.23;
BACAAN INJIL: Matius. 12:38-42
Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: "Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu." Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus! Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!"
RENUNGAN
Tak sedikit orang yang mendasarkan imannya pada tanda-tanda spektakuler seperti mukjizat. Padahal dasar iman mestinya ialah relasi kasih dengan Tuhan yang terus menyapa ki dalam segala situasi kehidupan. Jika iman kita hanya bertumpu pada mukjizat dan tanda-tanda keajaiban saja, maka kita harus bersiap untuk kecewa. Konon, bangsa Israel kerap kecewa pada Yahweh karena mukjizat yang mereka harapkan tak terjadi; lantas mereka meninggalkan Yahweh dan berpaling ke ilah-ilah lain yang tampak lebih hebat serta menjanjikan keajaiban. Hari ini, Yesus prihatin terhadap para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang meminta suatu tanda dan Yesus untuk percaya. Kirannya ini menunjukan kedangkalan iman mereka. Selain tergantung pada tanda spektakuler keimanan mereka hanya sebatas memenuhi aturan dan ritual lahiriah, dan tak berakar pada suatu relasi batiniah yang intim dengan Allah.
Kepada ahli Taurat dan orang Farisi, yang oleh Yesus disebut sebagai “angkatan yang jahat dan tidak setia”, Yesus menegaskan bahwa tidak akan diberikan tanda lain selain tanda Nabi (ay.39). Di sini, Yesus membuat alusi pada kematian dan kebangkitan-Nya sesudah “tinggal di rahim bumi tiga hari tiga malam” (ay.40). Itulah mukjizat paling fundamental yang menentukan ‘takdir’ manusia. Bila orang peka akan kehadiran Allah dan punya relasi dengan-Nya, tanda tersebut sudah memadai. Dalam bacaan pertama, lewat Nabi Mikha, Allah mengingatkan akan mukjizat pembebasan dan Mesir sebagal tanda fundamental bagi iman Israel. Jangan dikira berkat persembahan ribuan domba jantan, Allah lantas akan membuat mukjizat. Allah tidak bisa disogok. Hal seperti ini tak dikehendaki Allah; yang la kehendaki ialah umat-Nya “berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah” (ay.8). lnilah tanda kedalaman iman.
Bapa, semoga iman kami tak tergantung pada mukjizat tapi berakar pada relasi personal kami dengan-Mu. Amin.
0 Response to "RENUNGAN HARIAN KATOLIK (SENIN, 18 JULI 2022)"
Post a Comment