RENUNGAN HARIAN (SENIN, 23 MEI 2022)
RENUNGAN HARIAN
SENIN, 23 MEI 2022
PEKAN PASKAH VI (PUTIH)
St. Desiderius; St. Yohanes Baptista
BACAAN I: Kis. 16:11-15
MAZMUR: 149:1-2.3-4.5-6a.9b;
BACAAN INJIL: Yohanes. 15:26-16:4a
DOA PAGI:
Allah Bapa Maharahim, semoga rahmat Paskah yang telah kami terima, menghasilkan buah berlimpah dalam hidup kami. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu yang Hidup dan Berkuasa, bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin
RENUNGAN:
Kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus. Namun Yesus mengingatkan bahwa dengan menjadi saksi, kita akan ditolak, dikucilkan, bahkan akan dibunuh. “Mereka akan berbuat demikian karena mereka tidak mengenal Bapa maupun Aku.” Dan sejarah Gereja kita mengenal istilah martir yaitu saksi iman yang mencurahkan darah-Nya demi iman. Pada mulanya istilah martir digunakan untuk semua orang yang telah mengakui iman Kristen dalam situasi-situasi yang sulit, entah dibunuh atau tidak. Namun sejak masa penganiayaan pada abad ketiga, sebutan martir dibatasi pada orang yang menumpahkan darah demi iman kepada Kristus. Contoh utama kemartiran adalah kematian Yesus. “Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh untuk diberikan kepada kamu. Kamu telah membunuh Perintis Kehidupan, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dan antara orang mati dan tentang hal itu kami adalah saksi” (Kis.3:14-15).
Sejarah mencatat, penganiayaan terhadap orang-orang Kristiani dilakukan secara besar-besaran dan terencana dibawah pemerintahan kaisar Septimius Severus (202-203) Decius (249—250), dan Valerianus (257—258). Penganiayaan di Roma memuncak dalam pemerintahan Diocletianus dan Galerius sejak tahun 303 dan berakir setelah kemenangan Konstantinus Agung pada tahun 313. Orang-orang Kristiani pertama yang lebih dihormati sebagai Santo dan Santa adalah para martir. Para martir tidak hanya membuat kaum kafir percaya, melainkan juga memperteguh persatuan orang-orang Kristen itu sendiri. Makam mereka di dalam katakombe di Roma menjadi tempat pertemuan yang wajar untuk mengadakan persembahan bersama, dan dan persembahan itulah golongan yang sedang mendapat ancaman itu memperoleh kekuatannya.
Para Martir adalah orang Kudus. Mereka tidak selalu sempurna menurut ukuran manusia. Akan tetapi itu tidak penting. Sebab yang menentukan ialah bahwa mereka berani dan sedia menjawab panggilan Allah, serta teguh membela iman Kristen. Gereja selalu percaya bahwa Rasul-rasul dan para martir Kristus, yang dengan menumpahkan darah telah memberi kesaksian iman dan cinta kasih yang amat luhur, dalam Kristus berhubungan lebih erat dengan kita” (LG 50). Situasi masyarakat kita han ini dengan meluasnya paham radikalisme dan terorisme menantang kita untuk menjadi martir. Mengapa? Para teroris tidak mengenal Allah Bapa Mahakasih dan Yesus Anak Allah. Untuk kita di Indonesia, di belakang teroris terdapat kekuatan-kekuatan yang terancam apabila reformasi berhasil.
Para teroris memakai sentimen agama sebagai sarana paling mudah untuk menciptakan kekacauan nasonal yang bisa berakibat pemerintahan jatuh dan reformasi gagal. Lalu mereka selamat. Tindakan para teroris sungguh-sungguh merupakan sebuah mega provokasi.
Tentu saja kita berhak mengutuk para teroris, namun sebagai saksi Kristus, pertama sekali kita harus menjadi rendah hati dan berhenti membenci sesama entah apa pun agamanya.
0 Response to "RENUNGAN HARIAN (SENIN, 23 MEI 2022)"
Post a Comment