RENUNGAN ROHANI (RABU, 9 MARET 2022)
RENUNGAN ROHANI
RABU, 9 MARET 2022
PEKAN PRAPASKAH I (UNGU)
St. Primus dan St. Felicianus
BACAAN I: Yun. 3:1-10
MAZMUR: 51:3-4.12-13.18-19;
BACAAN INJIL: Injil Lukas 11:29-32
DOA PAGI:
Allah Bapa Maha Pengasih, kami bersyukur karena melalui Putra-Mu, Engkau telah memberikan tanda nyata betapa besar cinta-Mu kepada kami. Bukalah hati kami untuk menerima tanda cinta-Mu dengan bertobat, berpantang, dan meningkatakan karya amal. Amin
RENUNGAN:
Tanda Yunus yang disebut dalam bacaan pertama maupun dalam bacaan Injil memberi peneguhan di awal Minggu Prapaskah ini untuk menghayati pertobatan secara nyata. Yunus berkeliling di Niniwe, mengabarkan pertobatan agar Niniwe, kota besar dan mengagumkan itu, tidak ditunggangbalikkan. Sebetulnya dari paham bangsa pilihan, orang-orang Niniwe (bangsa asing) layak untuk dibinasakan. Namun, nyatanya orang-orang Niniwe percaya kepada Allah, bahkan raja kota Niniwe turun dari singgasana dan mengumumkan pertobatan bersama para pembesarnya. “Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dan tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya” (Yun.3:8).
Pertobatan macam apa yang perlu kita buat, yang bermakna bagi diri, lingkungan sekitar hingga pemimpin serta mereka yang berkedudukan? Tema Prapaskah yang setiap tahun ditavarkan kepada kita tentunya membantu mengarahkan sikap sikap tobat dan perwujudan solidaritas nyata sebagai buah pertobatan. Satu sikap solidaritas dan bertindak untuk kesejahteraan orang lain, kiranya dapat menjadi makna pertobatan kita.
Alkisah, sekitar 50 keluarga mengontrak di suatu rumah bedeng yang ada di pusat kota. Biaya kontrak satu kamar seukuran 3 x 3 m sehulan adalah Rp 150.000,00. Luran listrik (yang tanpa meteran) untuk menerangi seluruh petak dan rumah kontrakan, sebesar Rp 50.000,00. Maka setiap keluarga harus membayar Rp 200.000,00 untuk biaya hidup sebulan; memperpanjang kontrak rumah. Keperluan MCK dicukupi dengan 1 WC dan KM umum yang 24 jam selalu terisi warga yang antre. Untuk keperluan tidur, anggota keluarga memilih tempat yang memungkinkan apakah di halaman rumah tetangga yang kosong atau Iebih sejuk atau di sekitar pohon rindang yang memberi kesegaran. Warga penghuni menghibur diri dalam menikmati kebersamaan di rurnah bedeng yang panas dengan ungkapan, “Yaahhh ... sambil menyiapkan diri kalau nanti masuk neraka, sudah biasa dengan hawa panas”.
Kalau satu keluarga perlu menyediakan dua ratus ribu sebagai biaya rutin untuk bisa tinggal di rumab bedeng, berapa rupiah saya, Anda, dan kita menghabiskan uang untuk jajan dan memenuhi keperluan harian sekunder (Make-up, perawatan tubuh dan wajah, beli pakaian, pernak-pernik hobi, asesonis sepeda, dan lain-lain)? Atau malah habis sekian juta untuk perawatan binatang piaraan yang memang sangat dicintai dan ada biaya yang tidak murah untuk kenikmatan hobi? Orang sekarang mengatakan untuk beli gengsi, prestise dan status sosial, harus mengeluarkan biaya ekstra berlipat dari dua ratus ribu yang dapat menghidupi satu keluarga selama satu bulan. Salah satu contoh refleksi dan tindakan nyata adalah: “saya akan berpikir sekian kali lipat untuk pemenuhan kebutuhan pribadi, apalagi untuk hal yang bukan pokok sebagai wujud solidaritas dan penghargaan akan martabat manusia sehingga siap berbagi”.
0 Response to "RENUNGAN ROHANI (RABU, 9 MARET 2022)"
Post a Comment