RENUNGAN PAGI
RABU, 16 NOVEMBER 2021
PEKAN BIASA XXXIII
Pw. Sta. Elisabeth dr Hungaria, Biarw (Putih)
BACAAN I: 2Mak. 7:1.20-31
MAZMUR: 17:1.5-6.8b.15;
BACAAN INJIL: Injil Lukas 19:11-28
DOA PAGI:
Tuhan, aku bersyukur kepada-Mu atas pengurbanan para ibu yang berjuang mengusahakan yang terbaik bagi kesejahteraan keluarganya. Berikanlah kekuatan serta rahmat yang dibutuhkan bila mereka menghadapi situasi serba sulit. Semoga anak yang dilahirkannya senantiasa membalas pengabdiannya, dengan membahagiakan masa tuanya. Amin.
RENUNGAN :
Saya sangat yakin kita semua sering mendengar ungkapan “kambing hitam”. Ketika ada persoalan orang berusaha “mencuci tangan”, melepaskan tanggung jawab dan menyalahkan orang lain. Sikap tidak mau bertanggung jawab merupakan virus dalam kebersamaan. Virus yang merusak hubungan kerja sama dan kerja tim. Hamba yang tidak setia dalam perumpamaan berusaha mencari kesalahan pada sang
raja atas sifat malas yang dimilikinya. “Sebab aku takut akan Tuan, karena Tuan adalah manusia yang keras. Tuan mengambil apa yang tidak pernah Tuan taruh, dan Tuan menuai apa yang tidak Tuan tabur” (Luk 19:21). Sikap mencuci tangan dan melepas tanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan kepadanya, bukannya menyelamatkan hidupnya melainkan sebaliknya justru memperburuk keadaannya.
Kebalikan dari karakter mencari kambing hitam adalah bertanggung jawab. Atas sikap tanggung jawab yang ditunjukkan oleh hamba yang baik, maka Sang Raja tidak segan-segan memberikan pujian dan penghargaan. “...baik sekali perbuatanmu itu, hal hamba yang baik...” (Luk 19:17).
Saudara-saudari yang terkasih, kita belajar dari hamba yang baik, setia, dan bertanggungjawab. Bukan pertama-tama untuk mendapatkan pujian dan penghargaan, melainkan lebih dan itu, sebagai bentuk syukur atau tanda terima kasih atas tanggungjawab yang dipercayakan kepada kita. Kita telah diberi kebebasan untuk memilih menjadi pengikut Yesus Sang Raja, maka kita juga diminta untuk bertanggung jawab atas pilihan tersebut. Jika ada kegagalan dan kesalahan, marilah dengan rendah hati mengakuinya sambil berusaha memperbaiki diri. Bukan sebaliknya, mencari pembenaran diri dan menjadikan orang lain; rekan, pimpinan, komunitas, keluarga, bangsa, dan negara sebagai “kambing hitam” atas kesalahan atau kegagalan yang kita alami.
Santa Elisabet dari Hungaria, doakanlah kami agar mampu bertanggungjawab tidak hanya atas hidup kami sendiri melainkan juga hidup sesama kami. [Rm. FerdinandusTaY, O.Carm.]
"Bagaimana bisa aku mengenakan sebuah mahkota emas
ketika Tuhan mengenakan mahkota duri?
Dan Ia mengenakanya padaku!"
(St. Elisabet dari Hungaria)
0 Response to " "
Post a Comment