RENUNGAN PAGI (SABTU, 29 MEI 2021)
RENUNGAN PAGI
SABTU, 29 MEI 2021
PEKAN BIASA VIII (HIJAU)
Sta. Teodosia dr Konstantinopel
BACAAN I: Sir. 51:12-20
MAZMUR: 19:8.9.10.11;
BACAAN INJIL: Markus 11:27-33
DOA PAGI:
Allah Bapa yang Mahamulia, terima kasih atas hari baru ini. Tuntunlah aku hari ini untuk mengisinya dengan karya, kata dan pemikiran yang baik, sekalipun aku ini rapuh dalam kehendak, aku percaya, bersama-Mu akan ada hasil yang baik, sehingga aku tidak mengecewakan. Semoga aku dapat berbagi kasih-Mu dengan sesamaku. Amin
RENUNGAN HARIAN:
Apa yang kita rasakan ketika melihat keberhasilan orang lain? Marah, kecewa, iri hati, merasa direndahkan? Mampukah kita turut bergembira melihat keberhasilan pesaing atau orang yang kita benci? Ataukah, kita lebih suka melihat pesaing atau orang yang kita benci mengalami penderitaan dan kegagalan? Bila kita masih merasa iri, dengki, marah, dan kecewa ketika melihat keberhasilan orang lain, kita menjadi seperti ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala di zaman Yesus. Mereka iri melihat hal-hal baik yang sudah dikerjakan Yesus.
Injil hari ini menampilkan ahli-ahli Taurat, imam-imam kepala dan tua-tua yang mempertanyakan dan mana asal “kuasa Yesus”. Sikap ini berbeda dengan banyak orang yang hormat dan kagum karena diselamatkan oleh kuasa Yesus. Ahli-ahli Taurat, imam kepala dan tua-tua tidak mampu lagi melihat kasih Allah yang dialami oleh banyak orang yang disembuhkan Yesus. Mungkin juga mereka takut kalah saing dengan Yesus yang kian hari kian terkenal dan dikagumi banyak orang. Yesus pun pada akhirnya membuka pikiran mereka dengan mengajukan pertanyaan tentang kuasa Yohanes Pembaptis. Mereka pun tidak mampu menjawabnya. Meskipun demikian, mereka tidak mau berubah dan bahkan semakin membenci Yesus. Mereka memilih untuk menolak kasih Allah yang ditawarkan kepada mereka.
Setiap orang memiliki kesempatan untuk berbuat kebaikan dan menyalurkan kasih Allah dalam hidup mereka. Bahkan ada pula yang dianugerahi talenta/kuasa tertentu demi kebaikan dan keselamatan orang lain. Tidak perlu menjadi nyinyir dan iri seperti ahil Taurat dan imam-imam kepala. Cukuplah kita memanfaatkan kesempatan untuk menjadi penyalur kebaikan dan rahmat Allah. Kehadiran kita hendaknya mencerminkan pancaran kasih Allah. Jangan sampai tindakan kita justru menghalangi orang lain untuk merasakan kasih Allah. Kita pun perlu introspeksi, apakah kasih Allah benar-benar hidup dalam batin kita. Kasih Allah itulah yang seharusnya menggerakkan kita untuk menyebarkan benih-benih kebaikan dalam hidup kita.
0 Response to "RENUNGAN PAGI (SABTU, 29 MEI 2021)"
Post a Comment